Sistem Pengapian Transistor

Tuesday, April 17, 2018

Sistem pengapian merupakan sistem yang paling penting pada sebuah mesin kendaraan yang berfungsi untuk menghasilkan percikkan bunga api pada busi dalam ruang pembakaran. Pada mesin bensin percikkan bunga api pada busi ini membakar campuran udara bahan bakar saat piston berada di akhir langkah kompresi, sedangkan pada mesin diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga tekanan menjadi panas, kemudian bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar , maka bahan bakar akan terbakar yang menghasilkan tenaga (power) dan diteruskan ke poros engkol (crankshaft) melalui batang piston (connecting rod).

Umumnya ada empat Sistem pengapian pada kendaraan. Adapun macam-macam sistem pengapian :


  1. Sistem Pengapian Konvensional
  2. Sistem pengapian CDI
  3. Sistem Pengapian Transistor
  4. Sistem Pengapian DLI
Di artikel ini saya akan membahas tentang sistem pengapian transistor pada kendaraan.

Sistem Pengapian Transistor (Fully Transistorized Ignition) merupakan sistem pengapian yang memanfaatkan komponen transistor sebagai switch elektronik yang berfungsi menghasilkan induksi elektromagnetik dengan pemutus arus primer.

Sistem pengapian ini merupakan perkembangan dari jenis sistem pengapian konvensional dengan energi mekanik.
Sistem Pengapian Transistor dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Sistem Pengapian Semi Transistor
pada sistem pengapian ini masih menggunakan kontak platina, yang berfungsi untuk memutuskan arus menuju kaki basis pada transistor dan bukan sebagai pemutus arus primer coil.

2. Sistem Pengapian Fully Transistor
pada sistem pengapian ini sudah tidak lagi menggunakan platina, sistem pengapian fully transistor sudah menggunakan pengapian elektrik. pengapian elektrik ini menggunakan alat berupa igniter untuk memutuskan arus pada kaki basis dan akan mengirimkan sinyal sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus listrik pada kaki basis transistor.


Komponen-komponen Pengapian Transistor

1. Baterai (Battery)
Berfungsi sebagai sumber arus listrik dengan tegangan sebesar 12 volt.






2. Kunci Kontak (Ignition Switch)
Berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke ignition coil.


3. Koil (Ignition Coil)
Berfungsi untuk menaikkan tegangan dari baterai sebesar 12 volt menjadi tegangan tinggi sebesar 10.000-20.000 volt.


4. Transistor Unit
Komponen ini sebagai pengganti dari platina, yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer.
Transistor merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor, transistor memiliki tiga terminal, yaitu kolektor, emitor dan basis. transistor berfungsi sebagai isolator dan konduktor.

Cara kerja Transistor
Transistor berfungsi sebagai konduktor pada saat arus listrik mengalir pada basis, maka kolektor dan emitor tersambung.
Transistor berfungsi sebagai isolator pada saat arus listrik berhenti mengalir pada basis, maka kolektor dan emitor terputus.


5. Pulse Ignition (Fully Transistor)
merupakan komponen yang berfungsi untuk mendeteksi timing pengapian berupa sinyal PWM yang digunakan untuk memutuskan arus listrik pada transistor.



Pulse igniter menggunakan prinsip kerja induksi elektromagnet. komponen ini terbuat dari bahan magnet permanen, posisi komponen ini berada di dekat rotor berverigi. Rotor ini tersambung dengan putaran mesin, sehingga saat mesin berputar, gigi pada rotor akan memotong GGM pada magnet yang menghasilkan sinyal PWM. Sinyal ini memiliki frekuensi yang sesuai dengan putaran mesin dan gigi yang berada pada rotor akan menunjukkan timing pengapian masing-masing silinder.

6. Distributor
Berfungsi untuk mendistribusikan arus tegangan tinggu yang dihasilkan oleh kumparan sekunder pada koil ke busi pada masing-masing silinder melalui kabel tegangan tinggi sesuai dengan urutan pengapian FO (Firing Order).



7. Kabel Tegangan Tinggi
Kabel tegangan tinggi dibuat khudu yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari koil ke distributor dan dari distributor ke busi pada setiap masing-masing silinder.



8. Busi
Berfungsi untuk memercikkan loncatan bunga api di dalam ruang bakar paada akhir langkah kompresi sehingga terjadi pembakaran campuran bahan bakar dan udara bunga api yang dihasilkan oleh busi kemudian di pergunakan untuk memulai pembakaran campuran bahan bakar dengan udara yang telah di kompresikan di dalam silinder.


Kelebihan sistem pengapian transistor dibandingkan sistem pengapian konvensional :

1. Tidak Memerlukan Penyetelan

Pada sistem pengapian konvensional, terdapat komponen platina yang berfungsi sebagai pemutus arus listrik primer coil yang bergerak membuka dan menutup kontak saat kaki platina digerakan oleh Cam.

Untuk menentukan besar nya arus listrik pada sistem pengapian diperlukan penyetelan celah platina pada kontak platina.

Namun pada sistem pengapian transistor tidak menggunakan kontak point, melainkan saklar elektrobik berupa transistor dan tidak perlu memerlukan penyetelan pada sistem pengapian transistor.

2. Tidak Ada Gesekan
Pada pengapian konvensional, Cam yang menggerakan kaki platina akan menyebabkan keausan pada kedua komponen akibat gesekan dalam jangka waktu tertentu, hal ini akan menyebabkan terganggunya sistem pengapian.

Sedangkan pada sistem pengapian transistor bekerja secara elektronik dalam memutus arus listrik tanpa adanya gesekan sehingga tidak ada keausan pada komponen ini.


Cara Kerja Sistem pengapian Transistor
Prinsip kerjanya hampir sama dengan sistem pengapian konvensional, perbedaannya ialah cara pemutusan arus primernya. Cara kerja Sistem pengapian transistor dibedakan menjadi dua, yaitu pengapian semi transistor dan pengapian fully transistor.

1. Cara kerja distem pengapian semi transistor



Saat konci kontak ON, arus dari baterai mengalir ke dalam sistem pengapian yaitu ignition coil dan keluar menuju transistor unit yang kemudian terhubung dengan kaki kolektor pada transistor dan emitor terhubung dengan masa, sementara kaki basis terhubung dalam rangkaian platina.

Saat mesin belum menyala, cam yang berada di dalam distributor dalam posisi diam dan platina tertutup dalam kondisi ini kaki basis akan dialiri arus listrik dari platina, sehingga kolektor dan emitor terhubung.

Arus dari coil primer yang terhubung dengan kolektor, akan diteruskan ke masa melalui kaki emitor yang menghasilkan akan timbul medan magnet pada coil primer.

Saat mesin berputar, cam di dalam distributor dalam posisi berputar platina terbuka menyebabkan arus listrik yang menuju kaki basis juga ikut terputus, sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus.

hubungan kolektor dan emitor yang terputus, menyebabkan pergerakan medan magnet pada coil primer yang mengenai coil sekunder, sehingga terjadi tegangan tinggi pada coil sekunder, kemudian tegangan tinggi disalurkan oleh distributor ke masing-masing busi sesuai dengan urutan pengapiannya FO (Firing Order).

2. Cara kerja sistem pengapian full transistor



Saat konci kontak ON, arus listrik dari baterai mengalir ke dalam sistem pengapian yaitu ignition coil. Arus listrik dari output coil primer akan masuk ke komponen transistor, sementara output coil sekunder ke masing-masing busi. Dan arus dari baterai juga menfalur ke transistor unit sebagai referensi tegangan pada transistor unit.

Saat mesin kondisi mati, pulse igniter dalam keadaan diam sehingga tidak ada sinyal dari pulse igniter ke transistor unit. Hal ini menyebabkan rangkaian arus listrik primer coil terhubung sehingga timbulnya medan magnet pada coil primer.

Saat mesin kondisi hidup, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM dengan frekuensi yang sesuai dengan putaran mesin. Kemudian sinyal akan di proses oleh controler  yang terletak satu unit dengan transistor unit.

Saat mesin mulai berputar, pulse igniter akan mengirimkan sinyal PWM dengan frekuensi tergantung kecepatan mesin. Sinyal tersebut akan diolah terlebih dahulu oleh controler yang terletak satu unit dengan transistor unit. Kemudian controler akan memutuskan arus pada kaki basis transistor saat mendapatkan sinyal PWM dari pulse igniter. Pada saat basis terputus, maka secara otomatis arus listrik dari kolektor juga terputus sehingga terjadi pergerakan medan magnet pada coil primer menuju coil sekunder. Hal ini menyebabkan tegangan tinggi pada coil sekunder. Kemudian tegangan tinggi sekunder disalurkan oleh distributor ke masing-masing busi sesuai urutan pengapiannya FO (Firing Order).



Terimakasih atas kunjungan anda, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Share

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Blog Otomotif