Sistem Poros Penggerak Roda (Axle Shaft)

Thursday, April 26, 2018

Pengertian Axle Shaft (Poros Penggerak Roda)

Axle Shaft merupakan komponen sistem pemindah tenaga berupa poros penggerak roda yang dipasang pada axle shaft sehingga menumpu beban dari roda. Axle shaft berfungsi sebagai penumpu beban atau dudukan roda dan penerus putaran differential ke roda.

Axle shaft pada kendaraan dibedakan menjadi dua yakni front axle shaft (poros penggerak roda depan) dan rear axle shaft (poros penggerak roda belakang). Axle Shaft pada kendaraan Front Engine Front Drive (FF) sebagai penggerak roda depan (front wheel drive), sedangkan Axle Shaft pada kendaraan tipe Front Engine Rear Drive (FR) sebagai penggerak roda belakang (rear wheel drive). Sedangkan pada kendaraan Four Wheel Drive (4WD), front axle shaft maupun rear axle shaft sama-sama sebagai penggerak (driving axle shaft).


Klasifikasi Axle shaft dibagi 2 type, yaitu :
1. Axle shaft rigid
2. Axle shaft independent


Rigid Axle Shaft



Type rigid sering digunakan pada kendaraan berskala menengah keatas dengan muatan yang besar, juga pada kendaraan yang dirancang untuk medan-medan berat karena mampu menahan beban yang berat.



Fungsi axle shaft pada type rigid :

  • Penerus putaran differential ke roda.
  • Pendukung beban roda.


Axle Shaft dibedakan menurut letak dudukannya menjadi 2 macam, yaitu :

1. Front axle
Berfungsi sebagai penerus putaran ke roda juga sebagai tempat knuckle agar roda bisa dibelok-belokan.



Komponen-komponen Front Axle :
1. Front axle housing
2. Front axle inner shaft
3. Front axle outer shaft
4. Tappered roller bearing


2. Rear axle
Berfungsi sebagai penerus putaran dari side gear ke roda.



Komponen-komponen Rear Axle :
1. Axle shaft
2. Gasket
3. Axle shim
4. Axle retainer plate
5. Axle flange

Klasifikasi Axle Shaft berdasarkan penopang ada 3 jenis, yaitu :

1. Half floating type (setengah bebas memikul).
2. ¾ floating type (3/4 bebas memikul).
3. Full floating type (bebas memikul).

a. Half floating type (setengah bebas memikul)



Pada type ini bantalan dipasang antara axle housing dengan axle shaft dan roda langsung dipasang pada ujung poros.

Jenis ini biasa digunakan pada kendaraan jenis sedan, station wagon dan jeep.


Keuntungan :



  • Konstruksi sederhana
  • Biayanya murah

Kerugian :


  • Axle Shaft menjadi bengkok akibat berat kendaraan langsung dipikul oleh poros.
  • Jika patah roda tidak ada yang menahan. 


b. ¾ Floating type (¾ bebas memikul).




Bantalan dipasang antara axle housing dengan wheel hub dan axle shaft, secara tidak langsung axle shaft ikut memikul beban kendaraan.
Jenis ini biasa digunakan pada truck ringan.


Keuntungan :

  • Berat kendaraan tidak semuanya diteruskan ke axle shaft, sehingga axle shaft tidak bengkok.
  • Bila terjadi axle shaft patah masih ditahan oleh bantalan.


Kerugian :

  • Akibat gaya ke samping tetap menimbulkan kebengkokan.


c. Full floating type (bebas memikul)




Pada type ini wheel hub terpasang kokoh pada axle housing melalui dua buah bantalan dan axle shaft hanya berfungsi untuk menggerakkan roda.
Type ini banyak digunakan pada kendaraan berat.



Keuntungan :

  • Berat kendaraan seluruhnya dipikul oleh axle housing, sehingga axle shaft tidak menjadi bengkok.
  • Gaya ke samping juga tidak diteruskan ke axle shaft.
  • Faktor keamanan lebih baik, dan sanggup memikul beban berat.


Kerugian :

  • Biayanya mahal


Cara kerja axle shaft type rigid



Axle shaft rigid disamping sebagai penerus putaran ke roda, seolah-olah merupakan lengan panjang seperti poros mati, sehingga pada saat kendaraan berjalan kedudukan body kendaraan seolah-olah mengikuti gerakan posisi axle.

Keuntungan axle shaft type rigid :

  • Konstruksi lebih kuat.
  • Cocok untuk kendaraan skala medium ke atas.
  • Sanggup menahan beban berat.
  • Momen yang dihasilkan besar.


Kerugian :

  • Suspensi kendaraan keras
  • Pada saat kendaraan berjalan di medan yang berat body kendaraan tidak stabil.
  • Sudut beloknya kecil.



Independent Alxe Shaft




Type independent sering digunakan pada kendaran kecil dan umumnya jenis-jenis sedan, karena type ini disamping konstruksinya ringan juga mampu membuat sudut belok lebih besar.

Fungsi axle shaft pada tipe independent
  • Sebagai penerus putaran ke roda
  • Sebagai pendukung beban roda
  • Sebagai penstabil body kendaraan, karena dilengkapi CV joint.


Tipe-tipe axle shaft independent (drive shaft)



A. Cara kerja axle shaft independent



Dengan dilengkapi CV joint maka pada saat kendaraan melaju dijalan yang bergelombang maka posisi body kendaraan seakan akan tidak terpengaruh oleh keadaan jalan, karena dengan dilengkapi CV Joint pada setiap gerakan disamping bisa bergerak putar juga bisa bergerak memanjang, memendek dan membuat sudut.

B. Constant Velocity Joint



Fungsi CV Joint :
Sebagai penstabil posisi kendaraan terutama di jalan-jalan yang ber-gelombang.

C. Komponen – komponen CV Joint



Komponen-komponen :



a. Outer race
b. Ball cage
c. Inner race
d. Steel ball

Cara kerja CV Joint



1. Pada saat jalan lurus dan rata tenaga putar dari differential diteruskan oleh axle shaft melalui inner race housing - steel ball - intermediate axle shaft - steel ball - outer race housing - roda. Pada saat itu steel ball diam sehingga CV joint tidak membentuk sudut.





2. Sedangkan pada saat belok atau jalan tidak rata tenaga putar dari differential diteruskan oleh inner race housing - steel ball - intermediate axle shaft - steel ball - outer race housing - roda, dimana pada saat itu disamping sebagai penerus putaran dari intermediate shaft steel ball juga bergerak pada inner race, sehingga CV joint mampu membuat sudut yang memungkinkan membelok dengan membentuk sudut.

Axle Shaft Independent memiliki keuntungan dan kekurangan.

Keuntungan :

  • Konstruksinya ringan.
  • Mampu membuat sudut belok lebih besar.
  • Perawatan mudah.
  • Body kendaraan lebih stabil bila dibandingkan axle rigid.



Kerugian :

  • Tidak mampu menahan beban besar.
  • Pada bagian inner housing maupun outer housing mudah aus.
  • Harganya lebih mahal.
  • Memerlukan perawatan rutin.




Pemeriksaan Dan Perbaikan Komponen Poros roda belakang (Rear Axle shaft)

Periksa dengan cermat dan teliti kemungkinan terjadi kerusakan pada komponen-komponen berikut ini :

Pemeriksaan Bantalan Atau Bearing

  • Memeriksa bantalan atau bearing terhadap keausan atau kerusakan, bila bantalan aus atau rusak gantilah dengan yang baru.

 Pemeriksaan Oli Seal

  • Kerusakan oli seal bisa menyebabkan kebocoran oli differential/gardan. Hal ini bisa dilihat sekitar backing plat terdapat tanda-tanda oli keluar. Keausan oli seal bisa dilihat pada bagian yang berhubungan dengan poros axle shaft, bila masih runcing berarti masih layak digunakan, bila sudah rata berarti aus dan tidak layak digunakan, apabila oli seal sudah aus, maka gantilah dengan yang baru.

Pemeriksaan Poros Roda Belakang (Rear Axle Shaft)

  • Periksa alur poros roda belakang dari  keausan, keretakan atau puntiran.
  • memeriksa poros roda belakang pada bagian dudukan penahan dalam dan bantalan dari keausan.
  • memeriksa poros roda belakang dari kebengkokkan dan keolengan pada flensnya dengan menggunakan alat ukur dial test indikator (DTI).
  • Kebengkokkan poros rear axle shaft maksimum 1,5 mm dan Keolengan flens rear axle shaft maksimum 0,1 mm.


Pada poros roda belakang dan komponennya bila terdapat kerusakan tidak dapat diperbaiki oleh karena itu harus di ganti kecuali pada kebengkokkan ini masih bisa diperbaiki.


Pemeriksaan Dan Perbaikan Komponen Poros Roda Constant Velocity Joint (Axle Shaft C.V Joint)

pemeriksaan sebagai berikut ini :

  • Memeriksa poros penggerak roda dari terjadinya lengkungan.
  • Memeriksa out board, tidak boleh ada kekocakan.
  • Memeriksa in board joint, harus dapat meluncur dengan lembut kearah aksial.
  • Memeriksa kebebasan in board joint kearah radial tidak terlalu besar.
  • Periksa gigi alur dari kemungkinan kerusakan.


Demikian informasi yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Terimakasih
Share

No comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2015. Blog Otomotif